Etnomatematika: Literasi Numerasi Berdasarkan Bahasa pada Suku Kowai Kabupaten Kaimana
Main Article Content
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan literasi numerasi budaya suku Kowai Kabupaten Kaimana. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan jenis penelitian etnografi. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa literasi numerasi pada suku Kowai yang digunakan oleh masyarakat ketika menggunakan sistem bilangan yang unik. Keunikannya adalah bahwa masyarakat menggunakan sistem bilangan dasar satuan 1-5, dan menggunakan sistem bilangan dasar puluhan 10-50 yang digunakan untuk membilang bilangan selanjutnya.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Copyright Notice
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
[2] Kemendikbud, “Gerakan Literasi Numerasi,” 2017.
[3] D. W. Ekowati, “Literasi Numerasi Di Sd Muhammadiyah,” 2019.
[4] T. Nusantara and S. H. S. Rahardjo, “Ethnomathematics In Arfak ( West Papua- Indonesia ): Numeracy Of Arfak,” vol. 6, no. 9, pp. 325–327, 2017.
[5] T. R. Rohidi, “Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal (Wayang Sebagai Sumber Gagasan),” Imajinasi, vol. VIII, no. 1, pp. 1–8, 2014.
[6] N. Tasni and E. Susanti, “Membangun Koneksi Matematis Siswa dalam Pemecahan Masalah Verbal,” Beta J. Tadris Mat., vol. 10, no. 1, p. 103, 2017.
[7] U. D. Ambrosio, “Pedagogy of Mathematics,” vol. 5, no. 1, pp. 44–48, 2014.
[8] Sri Winarti, “Numeral System Of Several Languages in Papua , East Nusa Tenggara , and Northern Maluku Sri Winarti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting bagi manusia . Bahasa juga dipandang sebagai sarana ko,” vol. 6, no. 2, pp. 235–257, 2017.
[9] M. Klamer, The Alor-Pantar languages: History and typology. 2017.
[10] M. Ascher, “Malagasy Sikidy:A Case in Ethnomathematics,” Hist. Math., vol. 24, no. 4, pp. 376–395, 1997.
[11] K. Owens and G. Lean, “Rewriting the History of Number from Papua New Guinea and Oceania Evidence,” 2017, pp. 271–290.
[12] K. Owens, “The impact of a teacher education culture-based project on identity as a mathematically thinking teacher,” Asia-Pacific J. Teach. Educ., vol. 42, no. 2, pp. 186–207, 2014.
[13] R. A. S. Matang and K. Owens, “The Role Of Indigenous Traditional Counting Systems In Children’s Development Of Numerical Cognition: Results From A Study In Papua New Guinea,” Math. Educ. Res. J., vol. 26, no. 3, pp. 531–553, 2014.
[14] A. J. Parnis and P. Petocz, “Secondary School Students’ Attitudes Towards Numeracy: An Australian Investigation Based On The National Assessment Program—Literacy And Numeracy (NAPLAN),” Aust. Educ. Res., vol. 43, no. 5, pp. 551–566, 2016.
[15] C. Zaslavsky, “‘ Africa Counts ’ And Ethnomathematics.,” Learn. Math., vol. 14, no. 2, pp. 3–8, 1994.